Gema Warisan Budaya: Menelisik Filosofi Tembang Sunda ‘Tokecang’ dan Semangat Musik Hawaii di Penghujung 2025
Kekayaan budaya Indonesia sering kali tersimpan rapi dalam bentuk kesenian sederhana yang akrab di telinga masyarakat, salah satunya adalah lagu daerah. Di Jawa Barat, tembang “Tokecang” bukan sekadar rangkaian nada riang yang diciptakan oleh R.C. Hardjosubroto. Di balik lirik berbahasa Sunda yang jenaka, tersimpan pesan mendalam yang relevan hingga hari ini.
Banyak yang mungkin menyanyikan baris “Tokecang tokecang bala gendir tosblong, angeun kacang sapependil kosong” tanpa menyadari makna satir di dalamnya. Secara harfiah, lirik ini menggambarkan seseorang yang makan terlalu lahap—diumpamakan seperti mencuri kendil bolong—hingga menghabiskan sayur kacang satu periuk tanpa sisa. Namun, jika ditelaah lebih jauh, lagu ini sejatinya adalah teguran halus bagi manusia agar tidak terjerumus dalam sifat serakah. “Tokecang” mengajarkan kita untuk tidak mengambil hak orang lain secara berlebihan demi kepuasan pribadi, sebuah nilai luhur yang mengingatkan pentingnya berbagi dan peduli terhadap sesama di lingkungan sosial.
Harmoni Serupa di Seberang Samudra
Semangat untuk melestarikan nilai-nilai leluhur melalui musik tidak hanya bergema di tanah Pasundan. Di belahan dunia lain, tepatnya di kepulauan Hawaii, upaya serupa terus digalakkan untuk menjaga identitas budaya mereka tetap hidup di tengah arus modernisasi. Hal ini terlihat jelas dari gelaran Hawaiian Music Series yang secara konsisten menghadirkan talenta-talenta lokal berbakat.
Pada penghujung tahun ini, sorotan tertuju pada Kevin Perry, seorang vokalis Hawaii yang dijadwalkan tampil dalam seri konser tersebut. Acara yang dinanti-nanti ini akan berlangsung sedikit lebih awal dari jadwal biasanya karena berdekatan dengan musim liburan, yakni pada Kamis, 18 Desember 2025. Bertempat di Ocean Lawn, Sheraton Maui Resort & Spa di kawasan Kāʻanapali, konser ini akan digelar mulai pukul 18.00 hingga 19.30 waktu setempat.
Sentuhan “Soul” dan Warisan Falsetto
Kevin Perry bukanlah nama asing di kancah musik lokal Hawaii. Tumbuh besar di Kalihi dan Nānākuli, ia dikenal memiliki karakter suara yang menggugah jiwa, sering dideskripsikan sebagai “musik soul Hawaii yang asli”. Keunikan musikalitasnya terletak pada perpaduan gaya falsetto tradisional—yang ia pelajari langsung dari neneknya (kupuna wahine)—dengan sentuhan kontemporer yang menyentuh hati pendengar lintas generasi.
Reputasi Perry semakin menanjak setelah video penampilannya di tepi pantai Wai‘ana, termasuk membawakan lagu rohani klasik “Majesty”, viral dan ditonton lebih dari 6 juta kali. Baru-baru ini, ia juga didapuk sebagai penampil penutup dalam acara Hoʻolauleʻa di SCP Hotel selama perhelatan Merrie Monarch 2025. Salah satu karya orisinalnya yang berjudul “Cuz I’m” bahkan telah masuk dalam album Hot Rain Band, membuktikan produktivitasnya sebagai seniman yang tidak hanya bernyanyi, tetapi juga berkarya.
Ruang Bagi Komunitas dan Keluarga
Penyelenggaraan konser ini mendapat dukungan penuh dari Lahaina Restoration Foundation. Theo Morrison, selaku Direktur Eksekutif yayasan tersebut, menegaskan bahwa inti dari Hawaiian Music Series adalah mempererat ikatan komunitas. Menurutnya, acara ini merupakan wujud kebanggaan dalam mendukung talenta lokal sekaligus menyediakan ruang istimewa bagi teman, keluarga, dan pengunjung untuk berkumpul menikmati keindahan suara pulau mereka.
Bagi masyarakat yang ingin hadir, panitia menyediakan area parkir mandiri secara gratis. Pengunjung juga diimbau untuk membawa selimut, tikar, atau kursi pantai sandaran rendah agar dapat menikmati suasana santai di hamparan rumput Ocean Lawn. Memasuki tahun ke-17 penyelenggaraannya, seri musik ini terselenggara berkat dukungan Kantor Pembangunan Ekonomi Kabupaten Maui, serta Sheraton Maui Resort & Spa yang kembali memfasilitasi tempat untuk rangkaian acara tahun 2025 ini.
Dari nasihat bijak dalam “Tokecang” di Jawa Barat hingga alunan falsetto Kevin Perry di Maui, musik terbukti menjadi jembatan universal yang tidak hanya menghibur, tetapi juga merawat memori kolektif sebuah bangsa.





