Ramadhan Dalam Pelukan Media (TV) -->
Cari Berita

Advertisement

Ramadhan Dalam Pelukan Media (TV)

Redaksi
Sabtu, 19 Mei 2018


Oleh: Achmad Nur


ARTIKEL, (Ruangaspirasi.me) Datangnya bulan ramadhan, ternyata membawa sebuah kebahagiaan bagi pemilik media (TV) dan para selebriti. Saat ini semua chanel TV sudah ramai menginformasikan agenda-agenda ramadhan baik yang bersifat informatif religius maupun kapital religius. Hampir setiap tayangan TV dari masing masing chanel, bernuansa ramadhan berirama puasa dan bernada hikmah. Hal ini dapat kita lihat mulai dari tablig Ramadhan, humor ramadhan, hiburan ramadhan maupun iklan-iklan ramadhan. Fenomena tersebut dipandangan dari perspektif produksi media, memang merupakan lahan subur yang kerap di nikmati oleh para pengusaha media. Media (TV) untuk mempengaruhi audiens, harus menyesuaikan momentum dimana dan kapan tayangan tersebut ditayangkan. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa media secara implicit telah menjadikan ramadhan ini sebagai sebuah komoditi. Lantas pertanyaannya adalah, bagaimana sikap kita sebagai audiens menghadapi fenomena tersebut.  Pernyataan diatas, menyiratkan bahwa media di identikkan dengan Agent Of Capitalism. Secara sepintas, klaim diatas bisa dikatakan benar, karena pada kenyataannya tujuan akhir media TV yaitu pada provit sharing.

Dalam media studies, ada hal penting yang juga harus dipikirkan dan dilihat yaitu pada aspek penerimaan pesan. Artinya bagaimana pesan yang terkandung dalam media di tangkap dan di konsumsi oleh audiens. Stuart Hall dalam encoding and decoding  menjelaskan tentang proses penyampaian dan penerimaan pesan media. Pesan yang ada dalam media menurutnya mengalami rangkaiaan proses, yang diawali dengan produksi pesan. Artinya pesan diproduksi oleh pemilik, atau pekerja  media. Hasil produksi pesan tersebut kemudian didistribusikan oleh pekerja media sesuai dengan segmentasi audiens. Setelah pesan itu didistribusikan, maka pesan tersebut diresepsi oleh khalayak. Hasil resepsi pesan tersebut kemudian ditafsirkan, dipikirkan, dan dikonsumsi sesuai dengan selera masing masing khlayak atau Hall menyebutnya sebagai use (pengguna pesan)

Pada tahap use ini, muncullah pelbagai macam model dalam menerima dan menggunakan pesan tersebut. Hall membagi model tersebut menjadi tiga: a) conform, yaitu sebuah sikap penerimaan pesan yang dilakukan oleh masyarakat secara taken for granted. Artinya masyarakat tidak lagi berpikir tentang pesan tersebut yang penting dia mengikuti dan menerima apa adanya. Audiens dengan menggunakan model ini menerima dan mengikuti pesan pesan yang ada dalam televisi, tanpa mempedulikan dan mempertanyakan lagi apakah pesan tersebut benar ataukah tidak, dan bagaimana dampaknya terhadap kehidupan, dan lain sebagainnya. Model ini biasanya kerap terjadi pada masyrakat awam yang hanya sebagai penikmat televisi.  audiens menganggap tayangan-tayangan TV bernuansa agama, berirama ramadhan sebagai sebuah tontonan yang bisa dinikmatinya. Hikmah yang disampaikan oleh para selebriti agama, baik yang dikemas dengan tablig ramadhan, ataupun homor-homor ramadhan, di terima oleh masyarakat sebagai sebuah objek yang bisa dinikmati, terlepas berpengaruh atu tidak pada tindakan sosial. b) opposited, yaitu sebuah penerimaan dan  penggunaan pesan yang dilakukan untuk melakukan perlawanan terhadap pesan tersebut. Model ini kerapkali dilakukan oleh para elit, tokoh agama, kolompok keagamaan, yang memiliki kepentingan, dan bertentangan dengan pesan atau media tersebut.  c) negosiated, yaitu sebuah pembacaan audiens terhadap pesan media yang dilakukan secara negoisastif-komunikatif. Audiens disini tidak menerima begitu saja pesan media, juga tidak menolaknya melainkan memanfaatkan pesan media tersebut untuk menyalurkan kepentingannya, dan meningkatkan popularitas dirinya. Audiens dengan model ini, oleh Giddens disebut sebagai agents yang menegosiasikan makna interest dirinya dengan makna interes pemilik media. Tayangan-tayangan yang bernuannsa ramadhan, oleh pembaca model ini dianggap sebagai lahan pencarian, peningkatan informasi dan pengetahuan tentang pelbagai macam hikmah yang terkandung dalam tayangan tersebut. Pembaca, dalam konteks ini tidak lagi berpikir tentang maksud yang tersembunyi dalam diri pemilik media, melainkan mereka lebih berpikir pada bagaimana pesan-pesan yang terkandung di dalamnya bisa berdialektika dengan pengetahuan dirinya, dan bermanfaat bagi  kehidupan manusia.

Dari beberapa model penerimaan pesan versi Stuart Hall, dapat dikatakan bahwa  tayangan TV bernuansa agama, berirama ramadhan, dan bernada kesalehan, bukanlah sesuatu yang hampa, bermakna dan bertujuan searah, melainkan merupakan wahana negosiasi makna antara pemilik dan aktor media, dengan makna audiens. Dengan kata lain, sebagai wahana bagi bagi hikmah,  antara pemilik media,  aktor media,  dengan audiens media, baik berupa keuntungan kapital, perubahan prilaku individu, dan perubahan kehidupan sosial. Dengan demikian, dalam menghadapi kehidupan media global saat ini yang sarat akan  kepentingan dan kekuasaan, diperlukan sikap kritis dan analitis dalam memahami pesan media, bahkan memanfaatkan pesan media tersebut demi kebahagian, kesejahteraan individu dan sosial, karena kita tidak akan pernah bisa lari dari penjara dunia media. Marhaban ya ramadhan.

Profil Penulis: Wakil Rektor STAINH, Ketua Lakpesdam PCNU Situbondo, Da’i Muda.