"Tanamkan wujudmu pada tanah kerendahan, sebab sesuatu yang tumbuh tanpa ditanam hasilnya tidak akan sempurna," (Al-hikam.)
GAYA HIDUP, (Ruangasprasi.me) Hikmah ini mengarahkan
pandangan kita kepada ikhlas. Ikhlas merupakan salah satu kekuatan yang dapat menghalangi manusi menuju jalan kesyirikan dan mengutamakan kepentingan diri sendiri. Oleh sebab itu, diri sendiri mesti
diperhatikan untuk mengelakkan berlakunya syirik. Bila kepentingan diri sendiri
bisa ditundukkan barulah muncul keikhlasan.
Ikhlas menjadi
alasan utama sebuah amal ibadah bisa diterima, tanpa keikhlasan sia-sialah
ibadah kita. Ikhlas bermuara dari hati yang jernih yang terwujud dalam setiap
prilaku manusia. Seseorang tidak akan
bisa beramal dengan ikhlas, kalau hatinya terbungkus oleh kegelapan akal dan
nafsu.
Nafsu tidak
pernah kenyang dan akal senantiasa ada jawaban serta alasan. Hujah akal menjadi
benteng yang kukuh buat nafsu bersembunyi. Jangan memandang enteng kepada
kekuatan nafsu dalam menguasai akal dan pancaindera.
Menundukkan
nafsu bukanlah pekerjaan yang mudah. Seseorang itu perlu kembali kepada
hatinya, bukan akalnya. Hati tidak akan berbohong dengan diri sendiri sekalipun
akal menutupi kebenaran atas perintah nafsu. Kekuatan hati adalah ikhlas.
Maksud ikhlas yang sebenarnya adalah sebagaimana dimaksud dalam surah Al-An'am (162),
Katakanlah, “Sesungguhnya sembahyangku dan ibadatku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk
Allah Tuhan yang memelihara dan menkehendakkan
sekalian alam”. ( Ayat 162 : Surah al-An’aam )
Dalam ikhlas
tidak ada kepentingan diri sendiri. Semuanya karena Allah SWT. Selagi kepentingan
diri tidak ditanam dalam bumi, selama itu pula ikhlas tidak tumbuh dengan baik. Ia
menjadi sempurna apabila wujud diri itu sendiri ditanamkan. Bumi tempat menanamnya adalah bumi yang tersembunyi, jauh
daripada perhatian manusia lain. Ia adalah umpama kubur yang tidak bertanda.
Redaksi