PERJUANGAN TANPA HENTI, Mengungkap Semangat Juang Dalam Novel Kesatria Kuda Putih -->
Cari Berita

Advertisement

PERJUANGAN TANPA HENTI, Mengungkap Semangat Juang Dalam Novel Kesatria Kuda Putih

Redaksi
Sabtu, 16 Februari 2019

PERJUANGAN TANPA HENTI,  Mengungkap Semangat Juang Dalam Novel Kesatria Kuda Putih
Achmad Nur, MA

ARTIKEL, (Ruangaspirasi.net) Buku karya Ahmad Sufiatur Rahman ini merupakan buku sejarah yang diramu dan disajikan dengan menggunakan gaya bahasa sastra yang akrab disebut Novel. Oleh karena karya sastra, saya ingin membaca kembali dengan menggunakan pendekatan Struktural yang berdasar pada teori strukturalisme A.J. Greimes. Dalam suatu cerita terdapat beberapa peran dan pelaku yang menjadi kesatuan tak terpisahkan dalam membentuk  makna. Satuan peran atau pelaku dalam sebuah novel oleh Greimes disebut sebagai aktan.

Untuk melakukan analisis aktan, Greimes membagi  enam fungsi aktan  yang terdiri dari: Sender, objek, penerima. Pembantu, Subjek, Penentang. Dalam novel kesatria kuda putih, terdiri dari beberapa aktan dan fungsinya

Aktan

Seorang pemuda berusia tiga puluh tahun sebagai pengirim dan sekaligus subjek yang bertugas mentrasformasikan sebuah pesan yang tersimpan dalam surat sebagai objek kepada KHR. As’ad Syamsul arifin sebagai penerima atau sasaran utama dalam penyampaian pesan. Guna memperlancar dan mempercepat proses pengiriman pesan, pengirim memilih  salah satu santri KHR. As’ad bernama Yusuf untuk menjadi penolong (helper) dalam menyampaikan Surat.

Usaha Yusuf sebagai wasilah mengalami hambatan atau gangguan dari sikap "emak" nya yang berusaha mengkaburkan dan melemahkan semangat perjuangan dengan melarangnya menjadi pejuang pembela negara. "emak tak berniat mengirimmu kepesantren untuk menjadi tentara". Perkatan senada di sampaikan oleh tetangganya bahwa "hanya orang nekat dan bodoh yang mau ikut perang Cong". Pelbagai perkataan dan cemooh, tidak membuat Yusuf gelisah, ragu dan patah semangat, melainkan semakin mantap dan yakin bahwa dirinya berjihad dijalan allah. "doakan saja anakmu ini bu, agar berguna bagi agama dan bangsa".

Permohonan doa inilah yang semakin membakar semangat juang dan mengawali langkah Yusuf untuk segera menemui KHR. As’ad. Keingin tersebut terwujud, dan bertemu dengan kyai as’ad sembari menyerahkan pipa besi yang beiris surat dengan berkata "belanda di pasir putih".

Buku Novel Kesatria Kuda Putih

Sebagai seorang pejuang, kyai As’ad menerima berita tersebut secara negosiated yaitu menegosiasikan beberapa ide ide untuk melahirkan sebuah strategi dan solusi. Berita tersebut didialogkan bersama kyai khudori sebagai pengurus pesantren, pelopor sebagai pejuang yang setia kepada kyai as’ad, dan yusuf sebagai pemuda yang haus akan perjuangan.  Negosiasi tersebut melahirkan kesepakatan bahwa  penjajah belanda tidak bisa dibiarkan dan harus dilawan dengan kekuatan dan starategi laten yaitu "mege’ kalemmar seta’ lekkoa". Kekuatan yang dimaksud adalah masa yang banyak, senjata yang cukup, kekebalan dan perlindungan fisik melalui hizb, dan asma. Strategi yang dimaksud adalah kecerdasan intelektual secara kontekstual.

Berdasar pada aktan diatas, ada dua makna yang bisa diungkap dan diterjemahkan dalam kehidupan saat ini dan yang akan datang. Pertama, makna muatan (actual meaning). aktan tersebut berisi pesan bahwa seorang intelektual, (santri, pelajar) bukan hanya bertugas menggali pengetahuan untuk dirinya, bukan hanya pembelajaran yang hanya terpusat di lingkup lembaga (sekolah, Pondok)  melainkan mengabdi dan berjuang untuk bangsa dan negara, belajar  membaca realitas kehidupan yang beranekaragam melalui tindakan dan pengalaman. Kedua, makna niatan (intentional meaning), pesan yang hendak dikata dalam aktan tersebut adalah setiap perjuangan akan menghadapi tantangan dan rintangan. Keberhasilan perjuangan membutuhkan keberanian, kesabaran, kecerdasan, pengorbanan dan melibatkan tuhan dalam berjuang.

VIDEO PILIHAN

Beberapa pesan penyemangat perjuangan yang terdapat dalam novel, bukanlah pahatan patung patung yang tak bernyawa dan tak bergerak, melainkan sebagai nilai yang harus diperbaharui dan diterapkan sesuai dengan laju zaman bagaikan sebuah air yang mampu menyuburkan tanaman, menyegarkan badan, dan mampu mewujud kedalam pelbagai jenis minuman. Bentuk perjuang yang relevan dengan konteks zaman yang bercorak modern, berbasis teknologi global adalah melalui Tulisan dan kekuatan ekonomi. Hal ini telah lama diprediksi  oleh Bung Hatta bahwa  "perjuangan masa depan pasca proklamasi akan semakin terjal dan rumit melalui pena dan pasar". Perjuangan berbasis tulisan inilah yang juga menjadi cita cita Yusuf sebagai pejuang sejati. Merdeka.

Sampai kapan kau sibuk dengan kenikmatan diri Padahal setiap langkahmu akan ditanya. (Imam al Bushairy)

Penulis: Achmad Nur, MA
Ketua Lakpesdam NU Situbondo