Literasi Kampungan Gandeng Penulis dan Mahasiswa Bedah Kisah KKN di Desa Penari -->
Cari Berita

Advertisement

Literasi Kampungan Gandeng Penulis dan Mahasiswa Bedah Kisah KKN di Desa Penari

Redaksi
Selasa, 03 September 2019

Penulis dan Mahasiswa Bedah Kisah KKN di Desa Penari
Sejumlah penulis dan aktifis PMII STAINH Situbondo nampak serius membedah kisah KKN di Desa Penari yang digelar pegiat Literasi Kampungan.

SITUBONDO (Ruangaspirasi.net) Belasan Penulis Situbondo, Seniman Banyuwangi dan aktifis PMII Komisariat Sekolah Tinggi Nurul Huda (STAINH) melaksanakan kajian keaslian cerita KKN di Desa Penari yang sempat viral di media sosial. Kegiatan yang diselenggarakan oleh kelompok penulis Literasi Kampungan itu ditempatkan di Kantor Pengurus Komisariat PMII STAINH. Selasa, (03/09/2019)

Sejumlah pihak meragukan keaslian kisah yang diupload pemilik akun Twitter SimpleMan tersebut. Sebab cerita itu dinilai terlalu berlebihan untuk menjadi kisah nyata.

Seperti yang diungkapkan oleh Direktur Literasi Kampungan, Izzul Muttaqin. Menurut penulis novel Menggapai Kosong itu, cerita dalam kisah tersebut terlalu dramatis.

"Terutama penokohan cerita. Yakni Nur yang bisa melihat makhluk halus. Seakan-akan dia dibentuk sebagai orang yang bisa memonitor alur cerita," tuturnya.

Tanpa adanya Nur, kisah di Desa Penari tak akan bisa diceritakan dengan detail. "Ini kan nampak sebagai upaya penulis untuk bercerita. Jadi ada kemungkinan besar cerita ini dibuat-buat. Atau memang kisah nyata namun terlalu banyak bumbu untuk memperindah cerita," ungkap Jurnalis Jawa Pos Radar Situbondo itu.

VIDEO: Rekapitulasi DPS Pilkades Dese Seletreng Tahun 2019


Hal senada disampaikan ketua I Kaderisasi PK PMIK STAINH, M. Humaidi. Menurutnya, harus ada bukti pendukung yang bisa menyatakan keaslian kisah tersebut.

"Misalnya, ada kejadian lain selain itu. Sehingga kami bisa yakin bahwa tempat yang dimaksud itu memang angker dan mistis. Kalau tidak, ya bagaimana kita bisa percaya," ucapnya.

Sementara ini, Seniman Banyuwangi, Muh Iqbal Maulana berpendapat lain. Menurut dia, cerita itu memang benar adanya.

"Kalau mengikuti alur cerita, latar tempatnya di Desa Bayu, Kecamatan Songgon. Sesuai dengan inisial B untuk Kabupatennya. Yakni Banyuwangi," ucapnya.

Menurut Iqbal, di Desa Bayu memang terkenal mistis. Disana ada aturan agar orang yang datang tidak melakukan hal yang tidak senonoh.

"Contohnya saya sendiri. Saya pacaran disana tiba-tiba putus. Memang banyak kekadian-kejadian aneh disana. Saya orang Banyuwangi. Jadi tahu cerita itu," bebernya.

Sementara Sekretaris I PK PMII STAINH, Marzuki mengaku percaya dengan kisah yang disampaikan pemilik akun Twitter SimpleMan. Karena penulis sangat detail menceritakan.

"Kalau memang itu cerita fiksi, saya rasa sulit untuk detail. Namun buktinya penulis sangat detail menceritakan. Ini kan sudah menunjukkan bahwa kisah ini nyata. Meskipun tidak seratus persen sesuai dengan yang diceritakan," tuturnya.

Penulis antologi puisi Naluri Semesta, Wilda Zakiyah mengharap, kegiatan serupa terus dilaksanakan oleh kelompok Penulis Literasi Kampugan. "Sehingga kita bisa belajar cara menganalisa karya sastra," jelasnya.

(M.A.R)